Peran Wanita Dalam Bidang AI dan Data Science

Di era digital yang semakin berkembang ini, peran wanita masih dipandang sebelah mata dalam berbagai bidang terutama di industri 4.0 untuk mendukung transformasi digital. Padahal semua wanita layak untuk diberi kesempatan yang sama untuk tumbuh dalam industri saat ini.

Tanpa kita sadari, wanita merupakan bagian dari kunci kesuksesan perusahaan di era digital saat ini. Untuk menutup kesenjangan gender dalam sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM), dan untuk mempercepat kemajuan dalam kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan sains. Kita harus mendorong dan mendukung wanita di semua kalangan, baik dari pemerintah hingga perusahaan agar dapat menciptakan peluang kerja yang setara untuk semua orang.

AI adalah salah satu bidang di mana wanita bisa mengalami kesuksesan yang luar biasa, terutama dengan dorongan yang tepat untuk berkontribusi dalam industri tersebut. Wanita merupakan kekuatan penting yang harus diintegrasikan oleh organisasi untuk mempercepat kematangan AI di perusahaan.

Secara khusus, penekanan berat pada tenaga kerja wanita dalam pengaturan kecerdasan buatan dapat membantu meringankan beberapa masalah terbesar yang dihadapi perusahaan teknologi Machine Learning, seperti seleksi tidak adil. Oleh karena itu, agar organisasi dapat mencapai tingkat kematangan AI tertinggi, perlu untuk memobilisasi wanita dalam skala massal dan memasukkan mereka sebagai bagian dari semua upaya perusahaan dalam kecerdasan buatan, mulai dari penelitian hingga peluncuran produk.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada dukungan secara global untuk melibatkan lebih banyak wanita dalam karir sains dan teknologi. Menjelang akhir 2019, World Economic Forum mendorong lebih banyak lagi panutan wanita untuk mengikuti program akselerator yang berfokus pada promosi wanita dalam karir STEM.

Kampanye internasional untuk melibatkan lebih banyak wanita dalam STEM, AI, dan data science telah diluncurkan di berbagai negara, didukung oleh entitas seperti IBM, IPsoft dan Microsoft serta US Chamber of Commerce. Dari Australia hingga Arab Saudi hingga Kanada, para pemimpin wanita yang kuat di STEM dan AI telah mulai menginspirasi para perempuan sejak dini dan wanita muda di seluruh dunia untuk bermimpi besar dan mengejar peluang karir di bidang teknik, kecerdasan buatan, dan sains.

The White House juga berupaya menjadikan wanita di STEM sebagai prioritas utama: Inisiatif Pembangunan dan Kemakmuran Global Wanita, yang dipelopori oleh Ivanka Trump, ini adalah level baru pemberdayaan wanita di STEM. Proyek ini bertujuan untuk menjangkau 50 juta wanita di negara berkembang pada tahun 2025 melalui kegiatan pemerintah AS, kerja sama swasta-publik, dan dana segar serta membekali mereka dengan teknologi yang mendukung perkembangan digital.

Peran wanita di STEM, Data Science, dan AI bisa dibilang masih sangat minim, yakni hanya 28% dari angkatan kerja sains dan teknik. Meski 55% lulusan universitas adalah wanita, tetapi hanya sepertiga dari gelar tersebut yang bersekolah di STEM. Misalnya, penelitian dari World Economic Forum menunjukkan bahwa hanya 3% wanita yang mengambil kursus untuk teknologi informasi & komunikasi  (TIK), dengan hanya sekitar 5% memilih untuk melanjutkan studi matematika dan statistik, dan 8% sisanya masuk ke teknik.

Peluang berkarir di bidang AI juga kurang dimaksimalkan para wanita. Hanya 13,8% wanita yang telah menulis makalah penelitian terkait kecerdasan buatan, dan kurang dari seperempat wanita dianggap sebagai profesional AI. Informasi ini seharusnya lebih dari sekadar mengganggu perusahaan yang ingin meningkatkan tingkat kematangan AI mereka.

Menurut BCG GAMMA, "Penafsiran hubungan kausal dan korelasi dalam kumpulan data besar membutuhkan ketajaman otak, dan baik manusia maupun algoritma Machine Learning terkadang bisa melihat pola yang mengarah pada kesimpulan palsu, tidak adil, atau bahkan yang benar-benar berbahaya.” Hal ini menandakan bahwa organisasi akan selalu gagal dalam menciptakan inovasi tanpa melibatkan wanita karena teknologi Machine Learning akan diberi aliran data rancu secara terus-menerus, menghasilkan hasil yang tidak mencerminkan gambaran lengkapnya hingga berpotensi menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi organisasi tersebut.

Jika itu menyangkut Data Science, ini masih membawa kabar baik bagi kalangan para wanita. Dari 15% populasi wanita di bidang ini, hanya 18% dari mereka yang mengisi posisi pimpinan di perusahaan teknologi terkemuka. Terlepas dari kenyataan ini, menurut voting yang dilakukan oleh LivePerson, 91,7% dari 1000 responden survei mengatakan bahwa mereka hanya dapat menyebutkan satu pemimpin wanita di STEM.

Dengan lebih dari 90% populasi tidak menyadari kehadiran perempuan di STEM, Data Science dan AI. Dunia jelas sedang dihadapkan tantangan berat dalam upaya untuk menyelesaikan masalah ini.

Kesenjangan dan Tantangan dalam STEM, AI, dan Data Science

Women In Tech

Apa yang membuat wanita keluar dari pekerjaan STEM dan yang terkait dengan STEM? Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan ketika mencoba menjawab pertanyaan ini. Mari kita uraikan elemen-elemen berikut terlebih dahulu, lalu secara singkat membahas masing-masing elemen secara lebih mendalam untuk memahami inti masalahnya.

Beberapa organisasi memahami pentingnya wanita untuk tingkat kematangan perusahaan AI

Wanita merupakan sebagian kecil dari talenta di bidang kecerdasan buatan, baik dalam bentuk penelitian dan pengembangan atau sebagai karyawan di perusahaan yang cenderung teknologi. Menurut Forum Ekonomi Dunia, "Tim yang tidak homogen cenderung mengenali preferensi mereka dan memecahkan masalah saat menafsirkan data, menguji solusi, atau membuat keputusan daripada tim yang homogen." Dengan kata lain, tim yang beragam, dan terutama tim yang dipimpin oleh wanita bisa menjadi pilihan yang perlu diterapkan oleh perusahaan untuk membangun, mewujudkan, dan mempercepat tingkat kematangan AI perusahaan. Sayangnya, saat ini, hanya sedikit perusahaan yang memahami pentingnya wanita untuk meningkatkan tingkat kematangan AI.

Bidang STEM, Data Science, dan AI mengalami kurangnya role model wanita

Tanpa adanya sosok perempuan untuk dijadikan panutan, akan sulit bagi mereka untuk membayangkan karir masa depan di bidang sains, teknologi, dan teknik. Faktanya, survei Microsoft 2018 menunjukkan bahwa panutan STEM wanita meningkatkan minat anak perempuan dalam karir STEM dari 32 persen menjadi 52 persen. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menampilkan prestasi wanita di bidang sains dan teknik di seluruh dunia untuk menarik perhatian wanita dari mana pun.

Wanita di STEM, Data Science, dan AI menghadapi budaya yang didominasi pria dan dianggap inferior

Salah satu tekanan terbesar yang dihadapi wanita dalam karir STEM adalah persaingan sengit di antara rekan pria, dan budaya tempat kerja yang toxic yang diciptakannya. Sebuah artikel HBR menemukan bahwa tiga perempat ilmuwan wanita saling mendukung di tempat kerja mereka untuk meredakan ketegangan. Selain itu, wanita cenderung diturunkan sebagai inferior oleh pria yang memiliki posisi setara, baik pekerjaan itu di bidang teknik, Data Science, atau AI. Seluruh faktor ini mengakibatkan wanita cenderung berhenti di bidang STEM tanpa butuh waktu lama karena merasa berada di lingkungan kerja yang tidak nyaman.

Wanita di STEM, Data Science, dan AI menampilkan preferensi yang berbeda

Menurut survei yang dilakukan oleh BCG, dalam bidang STEM, wanita lebih menghargai pekerjaan yang praktik dan berfokus pada hasil dibanding pria. Sebanyak 67% wanita menyatakan preferensi yang jelas untuk pekerjaan semacam itu dibandingkan dengan 61% pria. Temuan ini mengungkap fakta yang signifikan bahwa wanita cenderung mengejar peran di bidang STEM yang memberi mereka makna, tujuan, dan memberikan hasil yang menguntungkan. Meski begitu, banyak dari mereka yang tidak menyadari tujuan dan dampaknya dalam pekerjaan STEM. Oleh karena itu, wanita cenderung mengalihkan perhatian mereka pada karir yang berhubungan dengan STEM, Data Science, dan AI.

Komunikasi tentang peran STEM, Data Science, dan AI adalah kunci bagi wanita

Penelitian telah menunjukkan bahwa komunikasi adalah yang paling penting untuk melibatkan lebih banyak wanita dalam karir STEM. Menurut BCG GAMMA, hanya 55% perempuan yang mengetahui peluang kerja di Data Science. Selain itu, penjelasan yang tidak jelas tentang kualifikasi pekerjaan dan sebaliknya, deskripsi pekerjaan yang sangat mendalam untuk mencari skill pengolahan data, cenderung menjauhkan wanita dari pekerjaan terkait STEM.

Selain itu, sebuah studi HBR menemukan bahwa keterlibatan perempuan dengan pemberi kerja STEM masih tertinggal jauh dari kaum pria. Hal ini tidak mengherankan mengingat seleksi di bidang ini masih didominasi laki-laki”.

Retensi wanita di STEM, Data Science, dan pekerjaan AI adalah sebuah tantangan

Tidak cukup hanya menarik minat para anak perempuan dan wanita muda untuk mengejar karir STEM: tujuannya adalah untuk mempertahankan, membina, dan menumbuhkan minat tersebut. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Social Forces menemukan bahwa perempuan di STEM lebih cenderung meninggalkan pekerjaan mereka dibandingkan jika mereka memiliki karir lain. Lebih tepatnya, penelitian tersebut menyoroti bahwa sekitar 50% wanita yang memiliki karir STEM pergi setelah 12 tahun bekerja. Sedangkan jumlah itu turun menjadi 20% untuk wanita di bidang lain. Rata-rata, wanita cenderung menjauhkan diri dari STEM setelah 5 tahun terlibat dalam industri. Tapi mengapa? Menurut penelitian yang sama, "Wanita dengan gelar teknik mengatakan bahwa mereka meninggalkan teknik karena kurangnya kemajuan atau gaji yang rendah, dengan faktor lainnya." Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa retensi wanita di STEM, Data Science, dan tenaga kerja AI adalah tantangan utama yang harus diatasi.

Inisiatif STEM dan AI berjuang untuk memecahkan masalah ini

Sejumlah inisiatif telah diluncurkan untuk mengatasi masalah kesenjangan gender di bidang terkait STEM dan STEM. Pada intinya, kampanye ini menekankan pada promosi wanita, kecerdasan buatan, dan program pendidikan dan pelatihan khusus untuk memecahkan masalah.

Kampanye Berfokus pada Promosi Wanita dalam STEM, AI, dan Data Science

IPSoft, IBM, dan the US Chamber of Commerce adalah contoh organisasi yang memimpin cara untuk melibatkan lebih banyak wanita dengan STEM, AI, dan data science. Inisiatif Wanita dalam AI dari IPSoft baru-baru ini diluncurkan untuk menyoroti sosok wanita terkemuka di STEM dan menampilkan pekerjaan luar biasa yang telah dicapai oleh para profesional dalam menerapkan dan mempromosikan teknologi AI di perusahaan dan organisasi mereka.

Tujuan dari inisiatif Women in AI ini tidak hanya menginspirasi para anak perempuan dan wanita muda untuk mengejar karir di bidang kecerdasan buatan, tetapi juga menginformasikan kepada dunia tentang prestasi luar biasa yang telah dicapai oleh para perintis wanita dalam AI. Selain IPsoft, kampanye #SheCanStem IBM dan kampanye the US Chamber of Commerce #LightaSpark telah bekerja untuk menyoroti kesenjangan gender di bidang STEM, AI, dan data science dengan memanfaatkan workshop dan inisiatif pendidikan di seluruh dunia untuk menerjemahkan pesan STEM yang kritis secara efektif untuk memberikan manfaat kepada anak dan remaja perempuan. Secara keseluruhan, kampanye ini adalah sebuah langkah maju untuk menutup kesenjangan gender dan mempromosikan perempuan dalam karir STEM dan STEM. Semakin gencar usahanya, semakin banyak wanita yang menyadari peluang berkarir yang cukup besar di bidang ini.

Memobilisasi AI untuk membantu menutup kesenjangan gender

Memanfaatkan AI untuk menyelesaikan masalah kesenjangan gender adalah solusi yang layak dan perlu. Menurut laporan "Apa yang Membuat Wanita Tidak Masuk ke Data Science?" oleh BCG GAMMA, “AI memiliki potensi untuk mengurangi kesenjangan gender dan kepemimpinan perusahaan dengan menghilangkan ketidakadilan dalam keputusan perekrutan, evaluasi, dan promosi; dengan membantu meningkatkan retensi karyawan wanita; dan berpotensi dengan campur tangan dalam interaksi sehari-hari yang memengaruhi rasa keterlibatan karyawan.”

Intinya teknologi Machine Learning dapat membantu pemberi kerja menilai kandidat berdasarkan kemampuan daripada jenis kelamin, dan penilaian kualifikasi berbasis bakat berpotensi memperbaiki ketidakadilan dalam proses seleksi/rekrutmen, sehingga sangat menguntungkan wanita. Selain itu, menurut direktur program ketenagakerjaan dan penghasilan Institute for Women's Policy Research, Ariane Hegewisch, "Melibatkan lebih banyak wanita dalam STEM, AI, dan data science sangat penting untuk menghilangkan algoritma rancu, yang juga dapat membantu mengatasi kesenjangan gender". Pada akhirnya, ketidakadilan yang lebih sedikit di tempat kerja akan menyebabkan lebih banyak wanita memasuki angkatan kerja STEM, dan dapat membantu meningkatkan tingkat retensi.

Pelopor wanita dalam AI bekerja untuk menginspirasi wanita di mana saja

Menempatkan penekanan media pada pelopor wanita dalam AI dan STEM adalah salah satu cara paling kuat, cepat, dan efektif yang dapat dilakukan untuk menjangkau wanita di dunia tentang peluang yang ada dalam sains dan teknik. Adapun beberapa nama terkemuka yang menjadi panutan, yakni Global GAMMA CTO dan BCG Gamma Partner Andrea Gallego, Strategy Leader di IBM Arab Saudi Deema Alathel, Co-founder Women in Machine Learning Conference Hanna Wallach, Founding CTO di NukkAI Veronique Ventos, Direktur Laboratorium Ilmu Komputer & Kecerdasan Buatan (CSAIL) MIT Daniela Rus dan Ketua Wanita dan CTO di Robotika Diagnostik Dr. Kira Radinsky.

Andrea Gallego

Andrea Gallego telah mencapai prestasi luar biasa: Gallego adalah pendiri GAMMA X, tim inovasi dan teknik BCG, serta pendiri perangkat lunak kecerdasan buatan dan machine learning BCG GAMMA yang utama. Pekerjaannya berfokus pada peningkatan implementasi AI di seluruh industri, dan yang terpenting, menjadi panutan bagi semua karyawan wanita di BCG.

Deema Alathel

Deema Alathel dari IBM Arab Saudi juga merupakan suara wanita terkemuka yang layak untuk disebutkan. Dia telah berperan penting dalam Data Science dan upaya AI di Arab Saudi, menjabat sebagai bagian dari Unit Transformasi Digital Nasional negaranya, serta menerapkan strategi dan rencana kecerdasan buatan teratas di IBM. Alathel juga terlibat dengan delegasi Saudi dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB.

Hanna Wallach

Hanna Wallach adalah salah satu pendiri Women in Machine Learning Conference serta Peneliti Senior di Microsoft. Wallach sebelumnya telah menerima penghargaan makalah terbaik untuk karyanya di Konferensi Kecerdasan Buatan dan Statistik pada tahun 2010. Ia juga dinobatkan sebagai "35 Wanita di Bawah 35 Tahun yang Mengubah Industri Teknologi" dari majalah Glamour pada tahun 2014. Dia telah menjadi panutan terkemuka dalam AI untuk wanita di seluruh dunia.

Veronique Ventos

Veronique Ventos adalah CTO Pendiri NukkaAI (firma AI berbasis di paris), dan dianggap sebagai salah satu suara paling menonjol dalam penelitian AI di seluruh Prancis. Ventos adalah salah satu pemimpin STEM dan AI wanita terbaik di Prancis yang membuka jalan negara itu menuju ketenaran internasional dalam penelitian dan inovasi kecerdasan buatan.

Daniela Rus

Daniela Rus saat ini adalah Direktur MIT Computer Science & Artificial Intelligence Laboratory (CSAIL). Rus bekerja di semua bidang AI dan ilmu komputer, mulai dari robotika, data science, hingga komputasi seluler. Rus juga merupakan bagian dari Akademi Teknik Nasional, dan merupakan anggota komunitas sains dan teknologi yang ulung.

Dr. Kira Radinsky

Dr. Kira Radinsky adalah mantan kepala Data Science di Ebay serta ChairWomen dan CTO di Diagnostic Robotics. Radinsky adalah wanita berprestasi di STEM, salah satu pencapaian terbesarnya adalah akuisisi perusahaan AI SalesPredict oleh Ebay senilai $40 juta. Ia dianggap mewakili suara wanita di bidang AI dari seluruh dunia.

Kesimpulan

Selain banyak inisiatif yang ditetapkan untuk memerangi kesenjangan gender di STEM, daftar berikut menyediakan upaya dan kampanye yang mendukung wanita untuk berkarir dalam bidang sains, teknologi, teknik, Data Science, dan AI. Selain itu, penekanan yang lebih besar ditempatkan pada pentingnya wanita dan kematangan inisiatif AI perusahaan.

Beberapa rekomendasi di bawah ini telah dibahas secara luas dalam Entrepreneur Magazine Publication sebelumnya yang berjudul “Mengapa Kita Membutuhkan Lebih Banyak Wanita di STEM dan Bagaimana AI Dapat Membantu Kita Berkembang”.

  1. Pergeseran paradigma perusahaan yang mengakui wanita sebagai pusat untuk menegakkan tingkat kematangan AI: banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tim yang beragam diperlukan untuk mengurangi data yang tidak dibutuhkan dan hasil prediksi algoritma machine learning, serta untuk meningkatkan efisiensi teknologi secara keseluruhan dari kapasitas kecerdasan buatan perusahaan. Selain itu, cara termudah untuk menggabungkan keragaman ini adalah dengan memanfaatkan kumpulan massa wanita di dunia, dan menyalurkan mereka ke bidang kecerdasan buatan melalui upaya bersama yang dilakukan oleh organisasi top dunia, seperti IBM, Microsoft, dan lainnya. Perusahaan-perusahaan ini kemudian akan menjadi role model industri dalam membuat perusahaan lain mempercayakan wanita dalam kecerdasan buatan, sekaligus katalisator untuk mengubah paradigma secara keseluruhan dalam memahkotai wanita sebagai pusat untuk memanfaatkan potensi sepenuhnya dari tingkat kematangan AI perusahaan.
  2. Menerapkan inisiatif reskilling / upskilling untuk wanita: 11% pekerjaan yang dipegang oleh wanita saat ini berisiko untuk diambil alih secara digital, menurut laporan BCG GAMMA “Bagaimana Reskilling Dapat Mengubah Masa Depan Pekerjaan untuk Wanita”. Selain itu, pada tahun 2022, diperkirakan lebih dari 50% karyawan perlu direkrut kembali. Mengambil langkah pertama untuk menerapkan inisiatif reskilling / upskilling bagi wanita tidak hanya akan membuat peralihan ke digital menjadi lebih baik dan lebih mudah bagi semua orang, tetapi juga secara signifikan akan memberi manfaat dan mendorong wanita untuk mengejar posisi terkait STEM, AI, dan Data Science.
  3. Memanfaatkan kampanye reskilling: dengan meluncurkan kampanye reskilling / upskilling khusus untuk wanita akan mendorong pertumbuhan talenta wanita di bidang AI dan Data Science secara signifikan. Dengan keterlibatan mereka diharapkan dapat mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada skala yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya.
  4. Meluncurkan kampanye kesadaran STEM/AI yang secara khusus dilakukan untuk mendidik wanita tentang manfaat dan dampak karir di bidang sains dan teknik.
  5. Membuat jalur sains dan teknologi khusus untuk anak perempuan yang dirancang untuk mendukung pola belajar untuk wanita agar tertarik pada STEM sejak dini.
  6. Mewujudkan masa depan berbasis keterampilan: memahami bahwa masa depan ekonomi dan dunia digital terletak pada keterampilan dan bakat, dan bukan pada derajat statis dan struktur hierarki yang cenderung berpihak pada kaum pria dalam perusahaan selama beberapa dekade.

Dengan adanya dukungan dan fasilitas untuk para wanita berkarir di industri teknologi, diharapkan dapat memastikan mereka mendapat kesempatan yang sama untuk memasuki era digital.

Selain itu, organisasi digital juga harus mengintegrasikan penekanan massa pada wanita jika mereka ingin mencapai tingkat kematangan kecerdasan buatan tertinggi. Sekarang waktunya kamu memanfaatkan peluang untuk bisa berkarir dan berprestasi di era digital dengan mengikuti komunitas-komunitas wanita di bidang teknologi seperti komunitas Tech Angel Hacktiv8. Di komunitas Tech Angel kamu bisa sharing informasi seputar teknologi & digital, kolaborasi ide untuk berinovasi, mendapatkan banyak koneksi, dan informasi event terkini serta penawaran spesial program Hacktiv8. Yuk, follow Instagram @techangel.id dan join di WhatsApp group Tech Angel melalui tautan berikut.

Share this article: Link copied to clipboard!

You might also like...