Dari Lulusan SMA Jadi Programmer Wanita

Halo, perkenalkan nama saya Nadya Patricia, lulusan Hacktiv8 dari batch 47, United Fox. Saya akan berbagi pengalaman saya selama belajar di Hacktiv8 hingga bisa berkarir sebagai programmer. Sebelumnya saya merupakan lulusan SMA jurusan IPA yang pada waktu itu ingin melanjutkan kuliah tapi masih bingung dengan jurusan yang akan saya ambil. Sampai akhirnya ada seorang teman yang merekomendasikan saya untuk masuk coding bootcamp Hacktiv8. Sebenarnya saya sudah tahu Hacktiv8 sejak duduk di bangku SMA, tapi saat itu saya tidak percaya dengan taglinenya yang menyebutkan “Jadi Full Stack Developer Dalam 16 Minggu”. Terbesit di pikiran saya ‘Masa sih bisa jadi programmer dalam 16 minggu?’ Seiring berjalannya waktu saya mendapat informasi tentang banyak bootcamp di Indonesia yang menawarkan program yang sama. Namun hanya lulusan Hacktiv8 yang banyak dibicarakan karena sukses berkarir sebagai programmer. Karena ingin cepat kerja di kondisi ekonomi yang lagi sulit akibat pandemi COVID-19, saya pun memutuskan untuk masuk Hacktiv8.

Sempat Drop

Hari pertama belajar di Hacktiv8 saya sempat kaget karena di sini para siswa harus belajar intensif dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore. Padahal tadinya saya berencana untuk nyambi sambil kuliah. Kesempatan untuk ikut ujian PTN pun terpaksa saya batalkan karena bentrok dengan jadwal belajar. Meski begitu saya tidak merasa kesulitan karena sebelum masuk Hacktiv8 saya sudah mempelajari materi-materi yang akan dipelajari dari silabus yang diberikan. Kebetulan yang saya pelajari kebanyakan materi di Fase Preparation, jadi saya tetap bisa mengikuti pembelajaran dengan aman.

Masuk ke Fase 1, di sini saya mulai merasa capek campur stres dengan banyaknya tugas harian yang diberikan instruktur. Bagaimana tidak, tugas diberikan pada pagi hari dan harus dikumpul di hari yang sama sebelum jam 12 malam. Ditambah saya kurang memahami materi tentang Back-End yang menjadi fokus di fase ini. Semakin hari saya semakin keteteran hingga mulai sakit-sakitan. Beruntung saya memiliki instruktur buddy yang sangat membantu dan selalu sabar dalam mengajari saya, bahkan suka memberikan kelas tambahan di luar jam belajar. Di saat saya harus absen karena sakit pun saya diberikan materi susulan hingga bisa ikut ujian Livecode susulan. Sayangnya di minggu terakhir Fase 1, badan saya drop karena tipes dan terpaksa harus dirawat di rumah sakit. Saya pikir ini menjadi akhir dari perjalanan saya di Hacktiv8, ternyata tidak. Instruktur buddy saya menyarankan saya untuk ambil cuti dengan mengirim surat sakit. Karena masih ingin terus berjuang di sini, saya pun mengirimkan surat sakit kepada pihak Hacktiv8 meski setelah masuk saya harus mengulang kembali di Fase 1. Setelah lima hari dirawat di rumah sakit, saya memanfaatkan waktu cuti sebulan saya untuk mempersiapkan diri masuk ke Fase 2 dengan searching materi-materinya di internet hingga mempelajarinya secara otodidak.  

Lulus dari Fase 1, saya merasa lebih enjoy di Fase 2 karena materinya difokuskan untuk belajar Front-End. Alasan kenapa saya lebih suka Front-End ketimbang Back-End adalah karena dari awal sebelum masuk Hacktiv8, saya sudah mencari tahu seputar Front-End dari internet hingga saya dapat melalui Fase 2 tanpa kesulitan. Apalagi Hacktiv8 memfasilitasi para siswanya dengan Engineering Empathy yang memberikan materi tentang kepribadian dan pengembangan diri untuk bisa mengenal diri kita sendiri dan memahami pola belajar kita. Di sesi ini saya juga dapat konsultasi pribadi seputar permasalahan yang saya hadapi termasuk saat di Fase 1 dengan konselor yang akan memberikan kita solusi.

Masuk ke Fase 3, para siswa diharuskan untuk membuat mobile app dengan React Native. Kesulitan di fase ini lebih ke belajar React Native karena frameworknya sedikit lebih rumit dan tugas mingguan yang diberikan instruktur karena setiap hari harus ada progress untuk diberikan kepada mereka. Sisanya para siswa difokuskan untuk membuat final projek dengan kelompok yang sudah ditentukan. Meski bukan teman-teman dari batch awal saya, saya mendapat chemistry dari mereka karena masing-masing anggota tim dapat bebas mengekspresikan pendapatnya.

Berkarir Sebagai Front-End Engineer

Berkat dukungan orang tua serta komitmen dan ketekunan selama kurang lebih 5 bulan, pada November 2020 kemarin akhirnya saya lulus dari Hacktiv8. Di luar ekspektasi, ternyata siswa yang lulus dari Hacktiv8 juga diberikan Career Coaching untuk bisa membuat CV yang baik, menghadapi interview dan negosiasi dengan perusahaan, serta aktif di LinkedIn. Ini sangat membantu bagi saya yang lulusan SMA untuk mempersiapkan karir saya. Hanya kurang dari sebulan setelah lulus saya dihubungi oleh salah satu perusahaan hiring partner Hacktiv8 untuk interview. Setelah melalui beberapa tahap, saya berhasil mendapat pekerjaan sebagai Front-End Engineer di perusahaan ini sampai sekarang.

Saya sangat merasakan perbedaan sebelum dan setelah masuk Hacktiv8. Kalau dulu saya sangat kesulitan saat mengikuti tutorial membuat aplikasi dari YouTube, kini saya sudah terbiasa membuat aplikasi yang lumayan kompleks tanpa harus bingung lagi. Dengan karir yang saya tekuni sekarang saya memiliki impian untuk membuat shelter untuk hewan-hewan yang sakit atau dibuang oleh majikannya. Bagi kamu lulusan SMA yang ingin cepat kerja, Hacktiv8 dapat menjadi alternatif pendidikan dengan waktu yang lebih singkat. Tips untuk kamu yang ingin masuk Hacktiv8, sebaiknya harus tahu dulu basic programming dengan searching materi-materi yang akan dipelajari di internet biar nggak kaget. Semoga pengalaman yang saya dapatkan di Hacktiv8 bisa menginspirasi teman-teman di luar sana untuk menjadi the next programmer Indonesia.

Share this article: Link copied to clipboard!

You might also like...