Beginner's Guide to Scrum and Agile Project Management (Part 1)

Apa yang dapat membantumu merakit sebuah mobil, membangun software atau bahkan merenovasi rumah?

Sebuah papan tulis, setumpuk sticky notes, dan ilmu untuk menggunakannya secara efektif!

Jika kamu bekerja di bidang teknologi, mungkin istilah “Agile” dan “Scrum” tidak asing bagimu. Agile dan Scrum merupakan sistem yang banyak digunakan di bidang teknologi dan tampaknya memiliki bahasanya sendiri. Istilah seperti “planning poker”, “stand-ups” dan “sprints” sering digunakan oleh pengguna Agile dan Scrum.

Jika kamu belum pernah mencoba hal ini, semua istilah itu pasti terasa sedikit menakutkan.

Kami juga pernah merasakannya. Saya pertama kali mengenal Scrum saat mulai bekerja di sebuah perusahaan teknologi. Saya langsung ketagihan. Cara mereka mampu menyelesaikan masalah rumit, memprioritaskan tugas individu dan membagi tugas tersebut ke anggota tim yang paling cocok sangatlah efektif dan mengagumkan bagi saya.

Tapi apa ini hanya cocok untuk insinyur atau programmer? Apakah bisa orang yang tidak punya latar belakang coding menggunakan Scrum secara efektif? Kalau bisapun, bagaimana cara memulinya?

Pertama, kita harus mengerti arti dari istilah “Scrum” dan “Agile”.

Bagi pemula, istilah ini pasti sangat membingungkan. Banyak yang menganggap “Scrum” dan “Agile” sebagai hal yang sama, namun ada satu perbedaan utama yang membedakan “Agile” dan “Scrum”.

Agile mengacu pada serangkaian “metode dan praktek yang berdasarkan atas nilai dan prinsip yang tercantum di Agile Manifesto,”. Dalam manifesto tersebut terdapat panduan untuk hal-hal seperti kolaborasi, organisasi diri sendiri dan cara kerja tim.

Scrum merupakan sebuah framework yang digunakan untuk menjalankan Agile.

Untuk mempermudah pemahaman kamu, anggaplah Agile dan Scrum sebagai sebuah proses diet dan sebuah resep. Diet vegetarian adalah serangkaian metode dan penerapan berdasarkan prinsip dan nilai nilai. Sebuah resep masakan vegetarian dapat menjadi sebuah alat atau framework yang dapat kamu gunakan untuk memenuhi diet vegetarianmu.

Hal ini serupa dengan hubungan antara Agile (diet vegetarian) dan Scrum (resepnya).

Agile berasal dari teknik yang digunakan oleh perusahaan perusahaan di Jepang pada tahun 70an dan 80an (perusahaan seperti Toyota, Fuji dan Honda).

Di tengah tahun 90an, seorang pria bernama Jeff Sutherland kesal karena perusahaan-perusahaan terus telat menyelesaikan proyek atau pengelurannya lebih besar dari budget yang diberikan. Ia ingin mencari cara yang lebih efektif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Saat melakukan riset, Ia menemukan perusahaan-perusahaan di Jepang yang menggunakan metode Agile. Berdasarkan penemuannya disini, Ia menciptakan framework Scrum. Setelah serangkaian kesuksesan menggunakan metode baru ini, Scrum mulai tersebar di dunia product development.

Siapa yang dapat menggunakan Scrum?

Kamu mungkin berpikir Scrum hanya cocok bagi para insinyur dan programmer. Tapi kenyataannya Scrum bisa digunakan di berbagai tipe proyek.

Scrum telah digunakan oleh berbagai instansi, seperti FBI, agency marketing, tim konstruksi bangunan dan masih banyak lagi. Setiap kamu memproduksi sebuah produk, baik software, marketing email atau produk apapun, Scrum dapat membantumu mengatur timmu dan menghemat waktu dalam mengerjakan sebuah proyek.

Setelah mengerti arti “Agile” dan “Scrum” dan mengerti bahwa Scrum dapat digunakan dalam berbagai jenis pekerjaan, apa langkah selanjutnya?

Ikuti terus blog kita dan nantikan kelanjutan dari artikel ini di MINGGU DEPAN.

Atau, jika kamu sudah sangat penasaran, bisa langsung melihat website kami dan dapatkan info lebih lanjut serta daftarkan dirimu ke kelas Agile Scrum kami.

Photo by Patrick Perkins on Unsplash